Lupa Kalam-NYA
Mushaf????
apasih itu?
Yups!
Mushaf yang saya maksud adalah Firman Allah yaitu AL-QUR'AN.
Disini
saya akan memberikan posthingan tentang bagaimana bahaya jika kita
melupakan lantunan ayat Al-Qur'an yang pernah kita Hafalkan.
Ada seseorang yang bertanya kepada Al Ustadz Abu Usamah Abdurrahman Lombok
"Bagaimana jika saya menghafal ayat-ayat Al Qur’an –dalam pelajaran
tafsir ini- tapi setelah itu saya lupa, apakah saya termasuk orang-orang yang
diadzab karena melupakan Al Qur’an, sedangkan untuk menjaga hafalan ini saya
sangat berat bahkan seperti tidak sanggup?"
Dibawah ini jawaban dari Al-Ustadz tersebut.
Ada satu
faidah yang dibawakan oleh Al Imam An Nawawi dalam kitabnya Al Adzkar, yang
terkait dengan orang yang melupakan Al Qur’an ketika ia menghafalnya atau
setelah ia menghafalnya. Beliau menulis satu bab “Perintah untuk menjaga Al
Qur’an dan Peringatan dari Perkara-perkara yang akan melupakan dari perkara
tersebut”.
Al Imam An
Nawawi pertama kali membawakan hadits dari Abu Musa Al Asy’ary radhiyallahu
‘anhu, yang artinya :
“Perbaruilah
hafalan kalian (mulazamah kalian) terhadap bacaan Al Qur’an agar kalian tidak
melupakannya”.
Ini makna “Ta’ahadu” kemudian
“Perbaruilah
kesemangatan kalian untuk mulazamah dengan Al Qur’an agar kalian jangan
melupakannya”.
Maka Demi
Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, bahwa Al Qur’an itu lebih sangat
cepat lepasnya dibanding lepasnya onta dari ikatannya”.[1]
Kemudian Al
Imam An Nawawi membawakan riwayat yang kedua dari Shahabat Ibnu Umar radhiyallahu
‘anhuma:
“Perumpamaan Shahibul Qur’an (Orang
yang menghafal Al Qur’an) bagaikan onta yang sedang diikat, jikalau dia menjaga
ikatannya, niscaya dia akan bisa untuk menahannya, kalau ia lepaskan ikatan
tersebut, niscaya onta itu akan cepat pergi”.
Ini gambaran
dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bagi orang yang menghafal Al
Qur’an, yang kalau tidak dijaganya, maka akan cepat hilangnya.
Kemudian
beliau mengatakan:
“Kami telah
meriwayatkan dari Sunan
Abi Dawud dan At
Tirmidzi dari Anas radhiyallahu ‘anhu:
“Diperlihatkan
atasku pahala-pahala ummatku, sampai-sampai kotoran yang dia keluarkan dari
masjid (berpahala). Dan diperlihatkan atasku dosa-dosa ummatku, maka aku tidak
melihat dosa yang paling besar dari satu surat / ayat Al Qur’an, yang satu ayat
itu diberikan kepada seseorang kemudian orang tersebut melupakan satu ayat
itu”.
Namun hadits
ini lemah (Dha’if), karena di dalam sanadnya terdapat Al Muqallif bin Abdillah,
tidak dikenal dia mendengar dari shahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
sebagaimana dikatakan At Tirmidzi, demikian juga Abdullah bin Abdurrahman
mengatakan yang sama, serta ‘Ali Al Madini demikian juga.
Sehingga
haditsnya didhaifkan oleh Asy Syaikh Salim Al Hilaly dalam kitabnya Shahih Al Adzkar dan Dha’ifnya.
Dibawakan
juga oleh An Nawawi juga hadits yang lain dalam Sunan Abi Dawud dan Musnad Al Imam Ad Darimi
dari Sa’id bin Ubadah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa
yang menghafal Al Qur’an kemudian melupakannya, dia akan berjumpa dengan Allah
Subhanahu wa ta’ala dalam keadaan ajzam
(terputus segala amalnya)”.
Hadits ini
lebih dhaif dari hadits yang pertama, karena terdapat tiga illah (cacat) dari hadits
ini yang menyebabkan dhaifnya sanad hadits ini.
- Karena Yazid bin Abi Ziyad : Dhaif.
- Isa bin Fa’id : Majhul.
- Terputusnya sanad antara Isa bin Fa’id dan Sa’d bin Ubadah, karena Isa tidak pernah mendengar dari Sa’d dan tidak pernah pula berjumpa dengannya.
Sehingga
setelah kita melihat kedudukan hadits-hadits ini, maka cukup menjadi pembimbing
bagi kita adalah hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam Shahihain tadi.
Bagi kalian
juga, perbarui mulazamah bacaan kalian, supaya kalian tidak melupakannya.
Lalu,
bagaimana jika kita sudah berusaha tetapi selalu lupa ayatnya, beberapa ayat
bahkan satu surat?
- Allah Subhanahu wa ta’ala
berfirman dalam kitabNya Al Qur’an, yang artinya :
– “Allah tidak akan membebankan kepada seseorang kecuali sesuai dengan kesanggupannya”.
– “Maka bertaqwalah kalian sesuai dengan kemampuan yang ada pada diri kalian”. - Maka kita arahkan permasalahannya pada diri-diri kita, bisa jadi kita melupakan atau berat untuk menjaganya karena tidak melaksanakan bimbingan ar-Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini, atau kemungkinan kedua, karena adanya banyak beban pada diri masing-masing sehingga untuk menjaganya kesulitan atau untuk menghafal Al Qur’an itu.
- Ini merupakan asasi, karena
kemaksiatan yang mungkin ada pada diri kita sendiri.
Sebagaimana pengakuan Al Imam Asy Syafi’i rahimahullah kepada Waqi’ rahimahullah tentang jeleknya hafalan beliau, kemudian Waqi’ membimbingku untuk meninggalkan perbuatan maksiat.
Setelah kita
arahkan pada diri-diri kita, semoga usaha kita untuk menghafal Al Qur’an
diberikan nilai sebagai amal shalih oleh Allah Ta’ala. Kita sudah
bersungguh-sungguh untuk menjaganya ternyata Allah Ta’ala mencabutnya atau
dilupakan oleh syaithan, maka semoga usaha kita itu diberikan nilai oleh Allah
Ta’ala, lupanya kita kepada ayat atau surah.
“Ya Allah,
jangan kami disiksa karena kami lupa atau karena sesuatu yang kami tersalah
padanya”. (QS. Al Baqarah)
Dan kita
bergembira dengan firman Allah yang artinya:
“Allah tidak
akan membebankan kepada seseorang kecuali sesuai dengan kesanggupannya”.
Namun, yang
jelas, kita dilupakan dari menghafal Al Qur’an serahkan semuanya kepada Allah
Subhanahu wa ta’ala.
Wallahu a’lam
bis shawwab.
Artikel ini
berasal dari sebuah tanya jawab seusai ta’lim rutin tafsir Al Qur’an ba’da
maghrib, bertempat di masjid Khalid ibnul Walid, Pondok Pesantren Minhajus
Sunnah Muntilan.
[1] Bagi orang yang sudah melihat onta ketika lepas dari
ikatannya, terkadang kasihan melihatnya, sehingga Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda : “Orang yang paling keras (paling kasar) adalah
orang yang menggembalakan onta”.
Dan Al Qur’an itu demikian cepat lepasnya dari
seseorang, sehingga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan
kalian perbaharui, kalian mulazamah dengan membacanya agar kalian jangan
melupakan Al Qur’an.
0 komentar:
Posting Komentar